Sunday, 8 December 2019

MENILAI ORANG LAIN TETAPI TIDAK TAU APA ARTI DARI MENILAI ORANG LAIN


Dear Pembaca


           
Keseharian hidup yang tak bisa lepas dari interaksi sosial yang diwadahi oleh sosial media, terkadang orang terlalu bisa menyimpulkan serta menilai orang lain dengan cara melihat secara kasat mata telanjang tanpa mengetahui makna dari menilai orang lain itu sendiri. Berangkat dari pemijikan pemikiran dari kalimat tersebut penulis berupaya memberikan pandangan. Distingsi antara legalitas semata – mata dan moralitas yang sebenarnya berarti bahwa tidak mungkin kita menilai orang lain secara moral melulu dari tindakan – tindakan yang dapat kita amati diluar. Untuk menilai watak, sikap dasar dan mutu kepribadian seseorang kita harus mengetahui motivasinya. Maka sangat sulit untuk menjatuhkan penilaian moral terhadap orang lain. Yang dapat kita nilai adalah sikap lahiriah. Kita boleh saja mengatakan bahwa tindakan atau kelakuan tertentu kita anggap salah atau buruk dan menegur orang yang melakukanya. Tetapi kita tidak berhak untuk langsung menarik kesimpulan bahwa orang itu sendiri buruk. Barangkali ia salah perhitungan. Barang kali maksudnya baik.
            Kita juga tidak pernah dapat mengatakan bahwa orang lain berdosa. Yang dapat kita katakan ialah bahwa kelakuan seseorang tidak sesuai dengan apa yang menurut hemat kita dituntut Tuhan. Jadi bahwa kelakuan itu dari segi agama kita salah. Tetapi karena kita tidak dapat melihat kedalam hati seseorang, kita juga tidak dapat mengatakan apakah ia dalam hatinya berdosa. Hanya Tuhanlah yang dapat menilainya. Karena yang dipentingkan Tuhan adalah hati dan budi orang, sedangkan kalau orang itu berbuat keliru karena bingung atau kurang pintar atau salah tafsir, itu bagi Tuhan tidak menjadi masalah.
            Jadi setiap penilaian bahwa orang lain merupakan orang pendosa, orang terkutuk, pantas masuk neraka dan sebagainya merupakan kemunafikan yang buruk sekali dan sering mengungkapkan lebih banyak tentang watak orang yang menjatuhkan penilaian itu, dari pada tentang orang yang mau dinilai. Orang yang tau diri di hadapan Tuhan tidak akan berani menjatuhkan suatu penilaian yang hanya dapat diberikan oleh dia yang mengenal hati manusia sampai sedalam – dalamnya.
            Tentu saja, kalau kita mengenal seseorang dengan lebih baik, kita dengan sendirinya mengetahui lebih banyak tentang motivasinya. Dengan sendirinya kita tidak mudah “tertipu”  oleh perbuatan yang nampaknya baik sekali, tetapi sebetulnya hanya berdasarkan perhitungan atau ketidakberanian untuk mengambil sikap sendiri. Manusia tidak dapat untuk selamanya menyembunyikan motivasinya. Hal itu juga berlaku sebaliknya. Kita akan mengerti bahwa tindakan yang secara objektif kurang tepat atau bahkan sangat keliru, dapat saja keluar dari hati yang baik. Ada semacam tes untuk mengecek hal itu.
            Orang yang berbuat sesuatu  yang secara objektif salah, padahal maksudnya baik dan kita juga mengetahui hal itu, tetap akan kita percayai. Kita tidak akan merasa takut ditipu olehnya. Barang kali kita sangat meragukan ketajaman pemikiranya, tetapi kita merasa aman denganya. Kita tau bahwa ia orang baik. Tetapi tentang orang yang kita kenal baik pun tetap berlaku bahwa kita tidak mungkin mengetahui dengan seratus persen apa motivasinya. Itu terutama berlaku bagi motivasi yang kita curigakan sebagai buruk. Kebaikan seseorang lama – kelamaan akan menampakan diri. Kalau kita merasakan bahwa seseorang memang baik, kita boleh, bahkan harus mengandaikan bahwa ia orang baik. Tetapi kalau kita agak curiga tentang motivasinya seseorang, kita boleh saja tetap hati – hati, tetapi kita tak pernah boleh dengan pasti menilai dia sebagai manusia buruk. Karena rahasia hati orang bagaimanapun juga tertutup bagi kita.


R. Rendi Sudendi, SH
Associate Lawyer

Pustaka

Franz Magnis Suseno "Etika Dasar Masalah - masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta : Kanisius, 1987.




No comments:

Post a Comment

FILOSOFI "BELAJAR HUKUM KUY"

    Berangkat dari gejolak sanubari yang terdalam terhadap keterbatasan pengeta...

Resume Online