Dear Pembaca
Seringkali beberapa handai tolan, kerabat, rekan, orang dicintai hingga keluarga sering menanyakan dan menertawakan diriku mengenai prinsipku yang satu ini yaitu "KALAU KAU JUJUR PASTI KU BANTU". Sekarang kuberi penjelasan mengenai itu ia. Dalam setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral adalah kejujuran. Tanpa kejujuran kita sebagai manusia tidak dapat maju selangkah pun karena kita belum berani menjadi diri kita sendiri. Tidak jujur berarti tidak seia - sekata dan itu berarti bahwa kita belum sanggup untuk mengambil sikap yang lurus. Orang yang tidak lurus tidak mengambil dirinya sendiri sebagai titik tolak, melainkan bendera yang mengikuti segenap angin. Tanpa kejujuran keutamaan - keutamaan moral lainya kehilangan nilai mereka.
Bersikap baik terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran, adalah kemunafikan dan sering beracun. Begitu pula sikap - sikap terpuji seperti sepi-ing-pamrih dan rame-ing-gawe menjadi sarana kelicikan dan penipuan apabila tidak berakar dalam kejujuran yang bening. Hal yang sama berlaku sikap tenggang rasa dan mawas diri, tanpa kejujuran dua sikap itu tidak lebih dari sikap berhati - hati dengan tujuan untuk tidak ketahuan maksud yang sebenarnya. Bersikap jujur terhadap orang lain berarti dua: Pertama, sikap terbuka, Kedua bersikap fair. Dengan terbuka tidak dimaksud bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab selengkapnya, atau bahwa orang lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan fikiran kita.
Kita berhak atas batin kita. Melainkan yang dimaksud ialah bahwa kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri. Sesuai dengan keyakinan kita. Kita tidak menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya. Kita tidak menyesuikan kepribadian kita dengan harapan orang lain. Dalam segala sikap dan tindakan kita memang hendaknya tanggap terhadap kebutuhan, kepentingan dan hak orang - orang yang berhadapan dengan kita. Kita tidak bersikap egois belaka. Kita seperlunya bersedia untuk mengorbankan suatu kepentingan kita demi orang lain. Tetapi kita melakukanya bukan sekedar untuk menyesuaikan diri, karena takut atau malu, melainkan sebagai diri kita sendiri, karena kita sendiri dengan sikap moral yang otonom menilai bahwa memang wajar dan tepat kalau kita memberikan pengorbanan itu. Kita tidak lari dan tidak perlu pasang kedok dan kalau perlu kita menolak permintaan orang lain dengan tenang. Terbuka berarti orangboleh tahu, siapa kita ini.
Kedua, terhadap orang lain orang jujur bersikap wajar atau fair, ia memperlakukannya menurut standar - standar yang diharapkanya dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Ia menghormati hak orang lain, ia selalu akan memenuhi janji yang diberikan, juga terhadap orang yang tidak dalam posisi untuk menuntutnya. Ia tidak pernah akan bertindak bertentangan dengan suara hati atau keyakinanya. Keselarasan yang berdasarkan kepalsuan, ketidakadilan dan kebohongan akan disobeknya. Tetapi kita hanya dapat bersikap jujur terhadap diri kita sendiri. Dengan lain kata kita pertama - tama harus berhenti membohongi diri kita sendiri. Kita harus berani melihat diri seadanya. Kita harus berhenti main sandiwara, bukan hanya terhadap orang lain, melainkan terhadap kita sendiri. Kita perlu melawan kecondongan untuk berasionalisasi, menghindari show dan pembawaan berlebihan. Orang jujur tidak perlu mengkompensasikan perasaan minder dengan menjadi otoriter dan menindas orang lain.
Orang yang tidak jujur senantiasa berada dalam pelarian, ia lari dari orang lain yang ditakuti sebagai ancaman, dan ia lari dari dirinya sendiri karena tidak berani menghadapi kenyataanya yang sebenarnya. Maka kejujuran membutuhkan keberanian. Keberanian untuk berhenti melarikan diri dan menjadi diri sendiri. Berani untuk melepaskan kedok - kedok yang kita pasang dan untuk menunjukan diri seada kita. Begitu kita berani untuk berpisah dari kebohongan, tameng ketakutan kita, kita akan mengalami sesuatu yang amat menggairahkan, kekuatan batin kita bertambah meskipun lemah, kita tahu bahwa kita kuat. Dibuat merasa malu pun kita tidak patah. MAKA AMATLAH PENTING AGAR KITA MEMULAI MENJADI JUJUR.
R. Rendi Sudendi, SH
Associate Lawyer
Pustaka
Franz Magnis Suseno "Etika Dasar Masalah - masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta : Kanisius, 1987.
Franz Magnis Suseno "Etika Dasar Masalah - masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta : Kanisius, 1987.
No comments:
Post a Comment